Ingatkah? Hari dimana kasus covid-19 pertama diumumkan di Indonesia, 2 Maret 2020. Panik buying merebak, hand sanitizer dan masker tiba-tiba langka. Salasatu hal yang kita pelajari, saat ini kita hidup di era ketidakpastian, ditambah perang yang terjadi di Eropa, rantai pasokan global bermasalah, diikuti ancaman resesi dan potensi kenaikan angka inflasi. Saat ini kehidupan tidak mudah lagi diprediksi. Meski demikian, bukan berarti tidak ada yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi ketidakpastian seperti ini.
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi keadaan yang tidak pasti seperti potensi resesi global yang mungkin terjadi. Berikut 3 langkah antisipasi untuk mempersiapkan diri.
1. Hitung Pemasukan dan Pengeluaran Bulanan
Pemasukan harus selalu lebih besar dari pengeluaran, ini adalah hal paling mendasar dalam manajemen keuangan. Jika pengeluaran sampai lebih besar dari pemasukan, hanya tinggal menunggu waktu hingga harta kekayaan yang telah dimiliki tergerus pengeluaran bulanan. Dengan cara tersebut kita bisa tau berapa sebenarnya keuangan bulanan kita.
Agar pemasukan bisa lebih besar dari pemasukan ada dua pendekatan yang bisa diambil, yakni menambah sumber pemasukan dan melakukan efisiensi pengeluaran.
Dalam hal ini, efisiensi pengeluaran relatif lebih mudah dilakukan. Namun untuk melakukan efisiensi, Anda harus mencatat semua pengeluaran terlebih dahulu. Dari catatan inilah Anda bisa mulai mengidentifikasi mana pengeluaran wajib dan mana pengeluaran yang masih bisa ditekan.
Selain menekan pengeluaran, Anda juga perlu mulai mencari sumber pemasukan baru. Hanya bergantung pada satu sumber pemasukan bisa sangat berisiko. Jika sumber pemasukan tersebut hilang akibat resesi global, bisa dipastikan Anda tidak akan memiliki pemasukan lagi.
Ada banyak jalan untuk menambah pemasukan. Misalnya saja dengan mencari pekerjaan sambilan sebagai freelancer atau membuka bisnis sendiri. Menambah sumber pemasukan memang butuh waktu dan usaha yang tidak sedikit. Karena itu, semakin cepat Anda memulainya semakin baik.
2. Melunasi Hutang, dan Pertimbangkan Sebelum Mengajukan Hutang atau Cicilan
Untuk menjaga keseimbangan ekonomi, banyak negara melakukan beberapa penyesuaian. Salah satunya adalah menaikkan suku bunga acuan. Dengan naiknya suku bunga acuan, bunga cicilan pun terkerek naik. Akibatnya, orang yang memiliki hutang pun harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membayar bunga hutang atau cicilannya.
Kenaikan suku bunga acuan memang tidak begitu tinggi. Namun perlu diingat jika suku bunga acuan pada dasarnya hanyalah sebagai rekomendasi. Di lapangan, besaran bunga yang ditetapkan lembaga keuangan maupun produk pinjaman bisa lebih tinggi. Inilah yang patut dipertimbangkan sebelum mengajukan hutang atau cicilan.
Pertanyaannya sekarang, apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum mengajukan hutang?
Ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan sebelum mengajukan hutang. Anda bisa mulai dengan mempertimbangkan jenis dari hutang tersebut. Apakah hutang tersebut termasuk hutang produktif atau hutang konsumtif? Jika hutang tersebut masuk jenis kedua atau hutang konsumtif, ada baiknya Anda mengurungkan niat tersebut.
Jika memang tidak ada pilihan lain atau memang harus mengajukan hutang konsumtif, pertimbangkan urgensinya. Apakah benar-benar urgen atau masih ada cara lain selain mengajukan hutang?
Jumlah pinjaman dan bunga pinjaman juga penting untuk dipertimbangkan. Jangan sampai berhutang melebihi kebutuhan dan menggunakan dalih dana cadangan sebagai pembenaran. Hindari pinjaman yang bunganya terlampau tinggi atau terlihat kecil namun saat ditilik ulang ternyata angka tersebut adalah besaran bunga per bulan, bukan per tahun.
Jika memang ingin berhutang, pertimbangkan juga tenor atau waktu jatuh temponya. Semakin lama waktu jatuh temponya, bunganya biasanya juga semakin tinggi. Satu lagi yang tidak kalah penting, jangan pernah berhutang pada pemberi pinjaman ilegal, baik itu yang berbasis offline maupun online.
3. Pastikan Anda Memiliki Dana Darurat
Sebagai persiapan resesi global, sebisa mungkin sisihkan sebagian penghasilan untuk memiliki dana darurat yang dapat disimpan di dalam instrumen investasi. Minimal, sisihkan 10% dari total penghasilan. Dalam hal ini, sebaiknya hindari dulu instrumen investasi berisiko tinggi, seperti saham atau kripto.
Ada beberapa instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan di sini. Beberapa diantaranya adalah SBN, reksa dana dan ORI. Ketiga instrumen tersebut tergolong lebih stabil dan lebih tahan resesi global. Potensi imbal hasilnya pun terbilang menarik.
Untuk reksa dana sendiri jenisnya ada banyak. Namun untuk persiapan menghadapi resesi, ada baiknya Anda memilih reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap yang secara fluktuasi relatif lebih stabil. Selain itu, padukan dengan strategi investasi yang cocok dengan kondisi yang tidak pasti. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan diversifikasi aset, menerapkan strategi investasi yang lebih defensif atau menabung ala DCA (Dollar Cost Averaging) dengan berorientasi pada investasi jangka panjang.
Tidak ada yang tahu pasti apakah resesi global benar-benar akan terjadi. Meski demikian, tidak ada salahnya untuk mempersiapkan diri dengan berinvestasi. Yuk, segera mulai berinvestasi Reksa Dana Manulife di sini.